Wellcome ^_^

Le Monde...
Sweet things for your sweet baby....

Selasa, 29 November 2011

ღ☆ღ ANAK KURUS VS ANAK SEHAT ღ☆ღ

Kurus memang tak selalu berarti tak sehat, kok. Hanya saja, kita harus tahu
penyebab mengapa ia tampak kurus.Orang tua mana, sih, yang bisa anteng-anteng
saja kalau anaknya tampak kurus. Bisa dipastikan berbagai upaya dilakukan orang
tua agar si anak bisa gemuk. Sebab, dianggapnya anak gemuk, kan, pertanda sehat.
Memang, diakui Aryono Hendarto, MD, dokter spesialis anak dari Subbagian Gizi
dan Metabolik Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta,
sering terdapat kekeliruan persepsi dari para orang tua. "Anak sehat yang ideal
itu identik dengan badan yang gemuk." Padahal, tentu saja tidak. "Karena sesuatu
yang berlebihan atau kekurangan pasti tak baik. Normalnya, berat badan yang
sesuai usia dan tinggi badannya."

ISTILAH ANAK KURUS

Secara fisik, menurut Aryono, anak dikatakan kurus tak hanya berdasarkan berat
badan saja tapi juga tinggi badan. Ada dua hal penting yang menyebabkan anak
disebut kurus;

1)Kurus karena berat badannya kurang menurut umur, sementara tinggi badannya
sesuai umur atau kurang menurut umur.
2)Kurus karena tinggi badannya yang lebih menurut umur sementara beratnya cukup
menurut umur.

Nah, kriteria sehat menurut WHO mencakup sehat fisik dan jiwa. "Anak kurus yang
kedua bisa dikatakan sehat, kalau kriteria sehatnya itu jarang sakit. Sedangkan
anak kurus yang pertama dikatakan tak sehat karena berat badannya dan bahkan
tingginya pun kurang atau tak sesuai menurut umur," papar Aryono, yang juga
berpraktek di RSIA Hermina Jatinegara.

Pada prinsipnya, lanjut Aryono, kendati kurus, berat badan anak harus naik
setiap bulannya sesuai dengan umur. "Nah, yang jadi masalah kalau anak kurus
beratnya tak naik-naik. Ini harus dicari penyebabnya. Bisa karena asupan
nutrisinya kurang, aktivitas anak yang berlebih meski asupannya cukup dan bisa
juga karena ada penyakit yang melatarinya sehingga asupan makanannya kurang."

PARAMETER KURUS TIDAKNYA

Berat badan merupakan salah satu parameter pertumbuhan seorang anak, di samping
faktor tinggi badan. Karena itu terdapat istilah tumbuh kembang pada anak.
Tumbuh berarti bertambah besar sel-selnya dan kembang berarti
bertambah matang fungsi sel-selnya. "Nah, bila anak kurus beratnya tak sesuai
dengan berat badan ideal menurut umur, maka dikatakan pertumbuhannya kurang
baik," terang Aryono.

Yang jelas, berat badan ideal seorang anak memiliki range. Standarnya bagi anak
laki-laki dan perempuan juga berbeda. Biasanya anak perempuan mempunyai berat
badan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki. Untuk ukuran berat badan ini
umumnya di Indonesia menggunakan parameter yang diadaptasi dari Amerika yaitu
NCHS (National Centre for Health Statistic). Ada juga yang menggunakan hitungan
Departemen Kesehatan untuk konsumsi nasional, yaitu KMS (Kartu Menuju Sehat).
Nah, pada parameter ini bisa dilihat berat badan ideal seorang anak menurut
umurnya dan juga jenis kelaminnya. "Bila berat badan anak lewat dari standar 100
persen maka dikatakan overweight dan di atas 120 persen disebut obesitas,
sedangkan kalau beratnya di bawah 80 persen berat badan ideal dikatakan kurang
gizi dan manifestasinya anak tersebut tampak kurus," jelas Aryono.

Namun, Aryono mengingatkan, bahwa berat badan harus dikaitkan dengan umur dan
tinggi badan. Misal, anak perempuan 12 bulan dengan berat badan 7,2 kg dan
tinggi badan 72 cm. Sedangkan berat badan rata-rata anak perempuan umur 12 bulan
sekitar 9,6 kg. Jadi berat badan anak tersebut 75 persen dari berat badan
rata-rata seusianya. Ini berarti anak tersebut termasuk gizi kurang. Tapi, kalau
dilihat dari tinggi badannya maka ; 72 cm (tinggi badan anak) : 74 cm (tinggi
badan seharusnya) x 100 persen, maka tinggi badannya adalah 98 persen dari
tinggi badan ideal. Ini berarti bila dilihat dari tingginya yang baik maka anak
tersebut termasuk gizi baik. "Interpretasinya adalah anak tersebut mengalami
kekurangan gizi akut, karena berat badan kurang untuk berat badan rata-rata
seusianya, tetapi tinggi badannya masih bagus. Tapi andaikata tinggi badannya
sudah ikut terhambat maka dikatakan gizi kronik yang biasanya mencerminkan gizi
buruk, artinya kekurangan gizi sudah berlangsung dalam waktu lama," terang
Aryono.

FAKTOR NUTRISI
Bila yang terjadi adalah anak kurus dengan berat badan yang tak naik-naik, tentu
saja bisa dikatakan sehat dan bisa juga tidak. Karena itu harus dicari
penyebabnya; karena faktor nutrisi atau non nutrisi. Faktor nutrisi, misal,sang
ibu merasa sudah cukup memberi asupan makanan yang bergizi. Kuantitas dan
kualitasnya baik sesuai dengan menu gizi seimbang yang mengandung; karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Setelah dianalisis asupan
dietnya ternyata yang diberikan kuantitasnya masih kurang dari kebutuhan.
Padahal setiap bulan seorang anak beratnya harus selalu ada kenaikan. Secara
kasar dapat dipakai patokan sebagai berikut; anak umur setahun beratnya tiga
kali berat badan lahir. Umur 2 tahun kira-kira 4 kali berat badan lahir. Jadi,
kalau bayi lahir dengan berat badan 3 kg maka pada usia 1 tahun beratnya 9 kg
dan pada usia 2 tahun jadi 12 kg. Lebih spesifik lagi, bayi 3
bulan pertama kenaikan beratnya antara 600 gr-1000 gr. Jadi per minggunya naik
150-250 gr. Kemudian 3 bulan kedua naik sekitar 600-700 gram per bulan. Tiga
bulan ketiga sekitar 400-500 gr. Tiga bulan keempat 300-400 gram. Di atas satu
tahun, 1-3 tahun kira-kira kenaikannya sekitar 250 gram atau seperempat kilogram
per bulan.

Nah, kalau ternyata setiap bulan berat badannya tak naik atau naik tapi tak
memuaskan maka harus dievaluasi kembali masukan nutrisinya dengan
memperhitungkan pula aktivitas fisiknya. Apakah sudah cukup untuk mengantisipasi
kelebihan aktivitasnya. "Namun dengan catatan anaknya sehat atau tak ada
penyakit. Karena kalau aktivitasnya berlebih sementara masukan kalorinya cukup
atau pas-pasan, maka kalorinya tak cukup disimpan untuk
menaikkan berat badannya."
Memang ada periode-periode tertentu di mana anak sedang aktif, seperti usia satu
tahun, anak mau bisa jalan. Pada anak-anak ini harus diberi tambahan kalori.
Jadi kalau anak kurus tapi aktif dan tak ada penyakit yang mendasarinya maka
asupan makanannya itu yang harus dianalisis.
Untuk anak sehat yang kurus dalam hal makan pun tak ada yang khusus. Makanannya
tetap dengan gizi seimbang sesuai dengan kelompok umurnya hanya jumlah kalorinya
disesuaikan dengan kebutuhan menurut umur. Kecuali untuk anak sakit. Misalnya,
anak sakit panas maka diberi yang lunak. Kalau diare diberi yang mudah
diserap/dicerna.

FAKTOR PENYAKIT
Sementara itu ada juga anak kurus yang tak sehat. Menurut Aryono, biasanya
karena terdapat penyakit yang mendasarinya. Akibatnya anak tak mau
makan/anoreksia. Di Indonesia beberapa penyakit yang dapat menyebabkan anak
kurus akibat tak mau makan antara lain adalah infeksi seperti infeksi paru-paru
(TBC), infeksi saluran kemih, infeksi parasit dan lain-lain. "Selama penyakitnya
tak disembuhkan maka tetap akan kurus, sebab asupan makannya kurang karena anak
tak nafsu makan. Dengan begitu berat badannya pun tak naik-naik."
Biasanya anak kurus yang tak sehat karena ada penyakit yang melatarinya akan
tampak seperti pucat, lesu, demam, tak nafsu makan dan berat badan pun tak mau
naik-naik. Tapi bila penyakitnya disembuhkan, otomatis nafsu makan anak pun jadi
membaik. Dengan demikian berat badan pun akan bertambah.

BUKAN TURUNAN
Yang jelas, anak kurus bukan faktor turunan, lo. Berbeda dengan anak gemuk;
menurut hasil penelitian, kalau kedua orang tuanya gemuk maka 70 persen anaknya
berisiko gemuk. Bila hanya salah satu orang tua yang gemuk maka 40
persen anak berisiko gemuk. Sedangkan bila kedua orang tuanya tak gemuk maka
anak berisiko 7-10 persen gemuk.
Hal itu tak berlaku pada anak kurus. Kecuali masalah tinggi badan yang
dipengaruhi kedua orang tuanya. Tinggi badan ini bisa membuat penampilan anak
tersebut tampak kurus atau tidak. Bila kedua orang tuanya tinggi dan anaknya pun
tinggi sehingga tampak kurus. Tapi, bisa juga, lo, kedua orang tuanya tinggi
tapi anaknya pendek. Nah, kalau kemudian anaknya sering sakit, ya, jadi tampak
kurus."
Begitupun dengan berat badan lahir. Bukan berarti bila berat lahirnya rendah
lalu akan membuat kelak anak jadi kurus. Berat badan lahir normal biasanya
sekitar 2,5 ­ 4 kg. Kecepatan tumbuh kembangnya sama sesuai kurva tumbuh
kembang. Sedangkan, pada berat badan lahir rendah dibedakan dalam dua hal, yaitu
karena umur kehamilannya kurang/prematur dan karena umur kehamilan cukup,
semisal 39 minggu tapi berat badan janin rendah, misal 2 kg, maka dikatakan
dismatur atau mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dalam rahim.
Nah, bayi yang dismatur biasanya perkembangan berat badannya akan mengejar
ketinggalannya. Karena sebetulnya dia normal tapi mengalami hambatan pertumbuhan
dalam rahim. Justru setelah lahir bayi-bayi dismatur ini rakus
dan bisa mencapai berat badan seperti berat badan bayi normal. Sedangkan yang
lahir prematur, dengan berat badan lahir sangat rendah, misal 1 ­ 1,5 kg tentu
memakai kurva perkembangan yang berbeda. Bisa jadi kenaikan berat badan
selanjutnya pun mungkin tak seperti berat badan anak normal. Nah, Bu-Pak,
setelah kita tahu rumusan berat badan anak jangan lagi membandingkan-bandingkan
berat badan anak dengan anak tetangga, ya.
(Nakita),
sumber website parenting.co.id/forum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar